Profil Desa Wonoboyo

Ketahui informasi secara rinci Desa Wonoboyo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Wonoboyo

Tentang Kami

Desa Wonoboyo di Jogonalan, Klaten, merupakan lokasi penemuan Harta Karun Wonoboyo, salah satu temuan arkeologis emas era Mataram Kuno terpenting di dunia. Di balik nama besarnya, desa ini menjalani kehidupan agraris yang tenang dan bersahaja.

  • Situs Penemuan Arkeologis Dunia

    Nama Wonoboyo abadi dalam sejarah sebagai tempat ditemukannya "Harta Karun Wonoboyo" pada tahun 1990, sebuah koleksi artefak emas dari abad ke-10 yang memberikan wawasan tak ternilai tentang Kerajaan Mataram Kuno.

  • Desa Agraris yang Bersahaja

    Terlepas dari ketenaran globalnya, kehidupan sehari-hari di Desa Wonoboyo tetap berpusat pada sektor pertanian, dengan hamparan sawah yang subur menjadi penopang utama perekonomian masyarakatnya.

  • Warisan Sejarah yang Hidup

    Meskipun artefak emasnya kini menjadi koleksi utama Museum Nasional, memori dan kebanggaan atas penemuan spektakuler tersebut tetap hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kolektif Desa Wonoboyo.

XM Broker

Pada suatu hari di bulan Oktober 1990, di sebuah desa agraris yang tenang bernama Wonoboyo, cangkul seorang warga yang sedang menggali pasir tidak sengaja membentur benda keras. Benturan itu bukan sekadar mengenai batu biasa, melainkan sebuah guci perunggu yang menjadi pintu gerbang menuju salah satu penemuan arkeologis paling spektakuler dalam sejarah Indonesia. Dari dalam tanah Desa Wonoboyo, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, bangkitlah sebuah harta karun emas dari era Mataram Kuno yang kemegahannya mengguncang dunia. Desa Wonoboyo, yang sebelumnya hidup dalam ritme agraris yang damai, seketika namanya terukir dalam peta sejarah dunia. Profil ini menyingkap dua wajah Desa Wonoboyo: sebagai sebuah panggung sejarah yang luar biasa dan sebagai sebuah komunitas pedesaan yang bersahaja, di mana kehidupan modern terus berjalan di atas tanah yang menyimpan memori kekayaan sebuah peradaban agung.

Geografi dan Kehidupan Agraris yang Bersahaja

Desa Wonoboyo secara geografis terletak di dataran rendah yang subur di Kecamatan Jogonalan. Luas wilayah desa ini tercatat seluas 134,8 hektare atau sekitar 1,35 kilometer persegi. Seperti desa-desa di sekitarnya, lanskap Wonoboyo didominasi oleh hamparan persawahan yang terorganisir dalam sistem irigasi yang baik, menjadikannya bagian penting dari lumbung pangan Klaten. Kehidupan sehari-hari masyarakatnya sangat lekat dengan aktivitas pertanian, mulai dari mengolah tanah, menanam padi, hingga masa panen. Suasana desa yang tenang dan asri memberikan kontras yang tajam dengan kisah penemuan harta karun gemerlap yang pernah terjadi di sana.Secara administratif, Desa Wonoboyo berbatasan dengan beberapa desa lain. Di sebelah utara, wilayahnya berbatasan dengan Desa Somopuro. Di sisi timur, desa ini bersebelahan dengan Desa Joton. Sementara itu, batas selatan Desa Wonoboyo ialah Desa Ngering, yang dikenal sebagai sentra lurik dan di sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Klaten Utara.Berdasarkan data kependudukan per Oktober 2025, Desa Wonoboyo dihuni oleh sekitar 3.200 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, maka tingkat kepadatan penduduknya mencapai angka 2.373 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas dari penduduk ini bekerja sebagai petani, yang menegaskan bahwa di balik nama besarnya, fondasi ekonomi dan sosial Desa Wonoboyo tetap bertumpu pada tanah.

Oktober 1990: Hari Ketika Sejarah Bangkit dari Tanah Wonoboyo

Kisah penemuan Harta Karun Wonoboyo telah menjadi legenda modern. Semuanya berawal ketika enam orang warga dari keluarga Ibu Witomoharjo sedang menggali tanah di lahan tadah hujan milik desa untuk mencari tanah uruk. Di kedalaman sekitar 2,5 meter, cangkul mereka menghantam tiga guci perunggu berukuran besar dan satu guci keramik kecil. Ketika guci terbesar dibuka, isinya membuat mereka terpana: ribuan keping uang emas, perhiasan, dan berbagai artefak emas dengan keindahan luar biasa yang tersembunyi selama lebih dari seribu tahun.Secara total, berat keseluruhan artefak emas yang ditemukan mencapai 22,2 kilogram dan artefak perak seberat 14,9 kilogram. Koleksi ini meliputi lebih dari 6.000 keping uang emas dan perak, gelang, kalung, cincin, bokor, hingga gayung dengan gagang berukir yang sangat indah. Salah satu artefak yang paling ikonik dan bernilai seni tinggi ialah sebuah mangkuk emas dengan relief yang menggambarkan adegan dari epos Ramayana, sebuah mahakarya yang menunjukkan tingkat keterampilan artistik para empu pada masa itu.Para ahli arkeologi meyakini bahwa harta karun ini berasal dari sekitar abad ke-10 Masehi, pada masa pemerintahan Raja Balitung dari Kerajaan Mataram Kuno. Temuan ini memberikan wawasan yang tak ternilai mengenai kekayaan, teknologi metalurgi, sistem ekonomi, dan praktik keagamaan pada zaman tersebut. Harta Karun Wonoboyo dianggap sebagai salah satu dari lima temuan emas terbesar di Asia Tenggara dan kini menjadi koleksi unggulan yang tak ternilai harganya di Ruang Arkeologi Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

Warisan dan Memori: Wonoboyo Pasca-Penemuan

Penemuan spektakuler tersebut selamanya mengubah status Desa Wonoboyo, setidaknya dalam catatan sejarah. Namun di lokasi penemuan itu sendiri, yang terletak di Dusun Plosokuning, tidak berdiri sebuah museum megah atau monumen yang mencolok. Sebagai penanda, dibangun sebuah monumen sederhana yang menyerupai guci tempat harta karun itu ditemukan, yang berfungsi sebagai pengingat bisu akan peristiwa luar biasa tersebut. Situs penemuan tetap menjadi lahan pertanian biasa, sebuah pemandangan yang justru menguatkan narasi tentang sebuah desa bersahaja yang kebetulan menjadi tempat peristirahatan sebuah warisan agung.Bagi masyarakat Wonoboyo, terutama generasi yang lebih tua, peristiwa tahun 1990 itu menjadi memori kolektif yang terus diceritakan. Kebanggaan sebagai desa tempat ditemukannya harta karun terbesar di Indonesia menjadi bagian dari identitas mereka. Meskipun desa ini tidak berkembang menjadi destinasi wisata massal, ia sering dikunjungi oleh para peneliti, sejarawan, dan wisatawan minat khusus yang ingin napak tilas di lokasi penemuan.Potensi pengembangan wisata sejarah di Wonoboyo bersifat unik. Ia tidak menawarkan kemegahan visual di lokasi, melainkan pengalaman imajinatif. Mengunjungi Wonoboyo berarti berdiri di atas tanah yang sama di mana para bangsawan Mataram Kuno mungkin pernah menyembunyikan kekayaan mereka, dan merasakan aura sejarah yang kuat di tengah ketenangan pedesaan.

Perekonomian Modern: Bertumpu pada Pertanian dan Usaha Lokal

Tiga dekade setelah penemuan yang menggemparkan itu, kehidupan di Desa Wonoboyo terus berjalan dengan normal. Roda perekonomian desa tetap digerakkan oleh sektor pertanian. Para petani setiap hari pergi ke sawah, mengolah lahan yang sama yang di bawahnya mungkin masih menyimpan banyak misteri. Padi tetap menjadi komoditas utama yang menopang kehidupan ribuan keluarga di desa ini.Selain pertanian, denyut ekonomi juga terasa dari usaha-usaha mikro yang dikelola warga, seperti warung kelontong, kios kuliner sederhana, dan jasa lainnya yang melayani kebutuhan komunitas internal. Tidak ada industrialisasi besar atau komersialisasi pariwisata yang masif. Pilihan untuk tetap menjadi desa agraris yang tenang seakan menjadi cara masyarakat Wonoboyo untuk menjaga harmoni dan kesederhanaan hidup yang telah mereka jalani jauh sebelum harta karun itu ditemukan. Desa Wonoboyo, pada akhirnya, mengajarkan sebuah pelajaran berharga: bahwa kekayaan terbesar sebuah komunitas tidak selalu berbentuk emas, tetapi juga ketenangan, kesederhanaan, dan kemampuan untuk terus hidup harmonis dengan tanah dan sejarahnya.